Pemilu, Rentetan Bom Guncang Pakistan

0
680

www.depoktren.com–Penyelenggaraan pemilu di Pakistan diwarnai serangan bom yang menewaskan sedikitnya 29 orang, Rabu (25/7/2018).

Tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pada pukul 08.00 pagi waktu setempat. Sekitar 190 juta warga memberikan suaranya di 85 ribu TPS yang tersebar di seluruh Pakistan. 

Terdapat 342 kursi di Majelis Nasional yang diperebutkan oleh partai peserta pemilu. Sebanyak 70 kursi di antaranya disediakan khusus bagi kaum perempuan dan kandidat etnis minoritas. 

Adapun partai-partai besar yang bersaing antara lain partai Pakistan Muslim League-Nawaz (PLM-N). Partai ini dipimpin mantan perdana menteri Pakistan Nawaz Sharif. Ia pernah menjabat sebagai perdana menteri sebanyak tiga kali. 

Namun, kini Sharif tengah mendekam dipenjara. Ia ditangkap dan ditahan pada 13 Juli karena kasus korupsi yang menyeret namanya beserta keluarganya. 

Pesaing utama PML-N dalam pemilu kali ini adalah partai Pakistan Tahreek-e-Insaf (PTI). Partai tersebut dipimpin Imran Ahmad Khan. Ia sekaligus kandidat PTI untuk posisi perdana menteri. 

Selain PML-N dan PTI, partai lain yang turut meramaikan kontestasi adalah The Pakistan People Party (PPP), Awami National Party (ANP), Jamiat-e-Ulema Islam (JUI-F), dan lainnya. 

Waqas Jamshed (30 tahun), warga Lahore, Punjab, mengaku memberikan suaranya untuk PTI. Alasannya karena dalam masa kampanye lalu, PTI menyuarakan dan menjanjikan sebuah reformasi dalam tubuh pemerintahan. PTI pun mengampanyekan tentang pemerintahan yang anti-korupsi. “Selama ada korupsi, bagaimana bisa ada perkembangan?” kata Jamshed yang sehari-harinya mengelola restoran cepat saji. 

Berbeda dengan Jamshed, warga Lahore lainnya, Shahid Bashir (18 tahun), memberikan dukungan kepada PML-N. Ia mengaku tak terpengaruh atas skandal korupsi yang tengah menimpa pimpinan partai PML-N, Nawaz Sharif. “Dengar, semuanya mencuri sedikit, tapi setidaknya dengan PML-N, kita dapat melihat pekerjaan yang sedang dilakukan,” ujarnya. 

Selama 70 tahun berdiri, militer telah menguasai tampuk pemerintahan Pakistan. Pemilu kali ini penting karena menandai kedua kalinya Pakistan melakukan transisi pemerintahan dari kalangan sipil ke sipil. 

Pada pemilu kali ini, Pakistan mengerahkan sekitar 800 ribu personel polisi guna mengamankan proses pemungutan suara. Kendati demikian, personel kepolisian gagal mencegah serangan bom yang terjadi di dekat salah satu TPS di Quetta. 

Serangan itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 29 orang. Mobil polisi yang terparkir di dekat lokasi kejadian turut hancur akibat ledakan. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

Bayang-bayang teror memang menghantui penyelenggaraan pemilu Pakistan. Sebelum pemilu dihelat, serangkaian serangan teror telah mengguncang negara itu. Serangan seolah didesain untuk menyerang partai politik beserta para simpatisannya yang berkontestasi dalam pemilu. 

Pada 13 Juli, sebuah ledakan terjadi di kota Bannu. Bom meledak setelah partai JUI-F menggelar rapat umum di kota tersebut. Insiden itu menyebabkan sedikitnya empat orang tewas dan 19 lainnya luka-luka. Seorang pemimpin senior JUI-F, yang turut mencalonkan diri dalam pemilu kali ini, yaitu Akram Khan Durrani, berhasil selamat dari serangan itu. 

Pada hari yang sama, ledakan pun terjadi di barat daya kota Drigarh, sekitar 35 kilometer di selatan ibu kota Provinsi Balochistan, Quetta. Serangan bom bunuh diri itu menargetkan lokasi rapat umum partai Balochistan Awami Party (BAP). Sedikitnya 149 orang tewas dalam serangan mematikan tersebut. Pemimpin BAP Siraj Raisani, yang mencalonkan diri dalam pemilihan kursi majelis provinsi, merupakan salah satu korban tewas. ISIS dan faksi Taliban Pakistan, yakni Tahreek-e-Taliban saling mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. 

Tiga hari sebelum dua serangan beruntun itu terjadi, yakni pada 10 Juli, sebuah bom juga meledak di Peshawar. Politikus kondang Pakistan, Haroon Bilour, tewas dalam insiden tersebut. (Supri)

 682 total views

LEAVE A REPLY